Kerajaan Kediri [Kelas X SMK Kurikulum 2013]
Kehidupan politik
pada bagian awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara
Samarawijaya yang berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di
Jenggala. Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M terjadi
peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah pihak. Pada tahap pertama
Panji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan
berkuasa. Di Jenggala kemudian berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan.
Tahun 1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi setelah itu tidak
terdengar berita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala. Baru pada tahun 1104 M
tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal
dengan nama Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha.
Tahun 1117 M
Bameswara tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yang ditemukan, antara lain
Prasasti Padlegan (1117 M) dan Panumbangan (1120 M). Isinya yang penting
tentang pemberian status perdikan untuk beberapa desa. Pada tahun 1135 M tampil
raja yang sangat terkenal, yakni Raja Jayabaya. Ia meninggalkan tiga prasasti
penting, yakni Prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M), Talan (1136 M) dan
Prasasti Desa Jepun (1144 M). Prasasti Hantang memuat tulisan panjalu jayati,
artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan Panjalu atas
Jenggala. Jayabaya telah berhasil mengatasi berbagai kekacauan di kerajaan.
Di kalangan
masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat dikenal karena adanya Ramalan atau Jangka
Jayabaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya telah digubah Kitab Baratayuda oleh
Empu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Perkembangan Politik,
Sosial, dan Ekonomi Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat
pertentangan dengan Janggala terus berlangsung.
Baru pada tahun
1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu. Sebagai bukti, adanya
kata-kata panjalu jayati pada prasasti Hantang. Setelah kerajaan stabil,
Jayabaya mulai menata dan mengembangkan kerajaannya. Kehidupan Kerajaan Kediri
menjadi teratur. Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian yang penting adalah
pertanian dengan hasil utamanya padi. Pelayaran dan perdagangan juga
berkembang. Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh.
Armada laut Kediri mampu menjamin keamanan perairan Nusantara. Di Kediri telah
ada Senopati Sarwajala (panglima angkatan laut). Bahkan Sriwijaya yang pernah
mengakui kebesaran Kediri, yang telah mampu mengembangkan pelayaran dan
perdagangan. Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu
cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi. Rakyat
menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada pemerintah.
Menurut berita
Cina, dan kitab Ling-wai-tai-ta diterangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
orang-orang memakai kain sampai di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah
mereka bersih dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan hijau. Dalam
perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima mas kawin berupa emas. Rajanya
berpakaian sutera, memakai sepatu, dan perhiasan emas. Rambutnya disanggul ke
atas. Kalau bepergian, Raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500
sampai 700 prajurit.
Di bidang
kebudayaan, yang menonjol adalah perkembangan seni sastra dan pertunjukan
wayang. Di Kediri dikenal adanya wayang panji. Beberapa karya sastra yang terkenal,
sebagai berikut.
·
Kitab Baratayuda. Kitab Baratayudha ditulis pada zaman Jayabaya,
untuk memberikan gambaran terjadinya perang saudara antara Panjalu melawan
Jenggala. Perang saudara itu digambarkan dengan perang antara Kurawa dengan
Pandawa yang masing-masing merupakan keturunan Barata.
·
Kitab Kresnayana. Kitab Kresnayana ditulis oleh Empu Triguna
pada zaman Raja Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi
Rukmini.
·
Kitab Smaradahana. Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja
Kameswari oleh Empu Darmaja. Isinya menceritakan tentang sepasang suami istri
Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Smara dan Rail
kena kutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) karena kesaktian Dewa Syiwa.
Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai
Kameswara dan permaisurinya.
·
Kitab Lubdaka. Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Tanakung pada
zaman Raja Kameswara. Isinya tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah
banyak membunuh. Pada suatu ketika ia mengadakan pemujaan yang istimewa
terhadap Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk
surga.
Raja yang terakhir
dan Kerajaan Kediri adalah Kertajaya atau Dandang Gendis. Pada masa
pemerintahannya, terjadi pertentangan antara raja dan para pendeta atau kaum
brahmana, karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Hal ini
memperlemah pemerintahan di Kediri.Para brahmana kemudian mencari perlindungan
kepada Ken Arok yang merupakan penguasa di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok
dengan dukungan kaum brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat dikalahkan oleh
Ken Arok.[gs]
Caesars Palace, Casino and Nightlife - JM Hub
ReplyDeleteBook your stay at Caesars Palace, 김해 출장안마 Casino and Nightlife - Las Vegas with 바카라사이트 JM Hub. 통영 출장안마 Save big with our Hot 경기도 출장샵 Rate deals when you book your 의정부 출장안마 stay.